Situs Grand Lamongan News, saat ini masih dalam tarap pembangunan. Untuk sementara bisa diakses melalui www.grandlanews.co.cc. Mohon maaf bila tampilan dan isinya masih sangat sederhana.

Monday, May 28, 2012

KEPALA KESBANGPOL JATIM INGATKAN POTENSI INTRIK PEMILU

Situasi ideologi, politik, sosial dan budaya (Ipoleksosbud) di Kabupaten Lamongan aman dan terkendali. Meskipun masih kemungkinan disharmonisasi sosial politik sebagai indikasi pelaksanaan demokrasi, namun bisa diselesaikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan gejolak yang bersifat anarkis. Hal tersebut disampaikan oleh Sekkab Lamongan dalam sambutanya pada acara Forum Diskusi tentang Situasi dan Kondisis Sosial Politik Bagi Aparatur dan Elemen Masyarakat di Jawa Timur, Senin (28/5) di Hotel Grand Mahkota setempat.

Dalam kesempatan ini dia sempat menyinggung prestasi kabupaten Lamongan dibidang pendidikan dengan diraihnya Niali Ujian Nasional (NUN) terbaik ke dua tingkat nasional yang dicapai sisswi SMAN 2 Lamongan Novi Wulandari. Selanjutnya Yurohnur Efendi  mengharapkan agar masyarakat bisa diberi pemahaman bahwa segala pembangunan yang dilakukan pemerintah Lamongan saat terus berproses.

Acara yang diadakan dalam rangka penguatan karakter bangsa yang beretika berbudi mulia ini, bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan aparatur dan elemen masyarakat tentang kondisi sosial politik di Jawa Timur,

Kepala Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur Zainal Muhtadien yang membuka acara ini mengingatkan sebentar lagi Indonesia akan menghadapi pemilu. Yakni pemilukada kabupaten/kota dan pemilihan gubernur. Dia menyebut biasanya pemilu ada intrik-intrik yang membawa implikasi pusaran politik. Karena itu perlu dikomunikasikan bagaimana Pancasila diimplementasikan. “Akhir-akhir ini kita cenderung melupakan pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur” ungkapnya.

Selanjutnya dalam penyampaian materinya tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan bernegara dia juga mengingatkan bahwa sebagai warga Negara, betapapun jika merasa tidak cocok dengan suatu kebijakan, jangan sampai merusak atau membakar lambang Negara. “Lambang Negara hendaknya tetap dalam koridor kehormatan kita” demikian jelasnya.

Acara diikuti oleh seratus peserta yang terdiri dari aparatur, guru, tokoh agama dan masyarakat. Menghadirkan beberapa narasumber antara lain dosen IAIN Sunnan Ampel Surabaya. Madar Halimi menjelaskan implementasi pancasila dalam hubungannya dengan religi dengan materinya social-sepiritutual dalam penguatan demokrasi dan stabilitas daerah.

Sedangkan Warsono, guru besar dari Universitas Negeri Surabaya  (UNESa) dalam materinya tentang  aktuilsasi nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan  politik menjelaskan demokrasi akan berjalan dengan baik di dalam masyarakat yang rasional. Karena dengan masyarakat yang sudah rasional, sulit untuk diprovakasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawwab dan hanya memikirkan dirinya atau kelompoknya.

Dalam kaitanya dengan pemilu, guru besar UNESA ini mengatakan dalam pemilu tidak ada perbedaan antara pejabat dan bukan pejabat. Maupun antara professor dengan tukang becak. Semua memiliki satu suara yang sama. “Meskipun demikian kebebasan menyampaikan pendapat tersebut juga harus dibarengi dengan pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan” tegasnya.

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Facebook Favorites More